Rangkuman Buku: Rahasia Analisis Fundamental Saham

1. Rahasia Memahami Laporan Keuangan

Pendahuluan

Laporan keuangan merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan dalam periode tertentu.

Laporan keuangan perusahaan terdiri dari lima bagian, yaitu:

  • Neraca (balance sheet)

  • Laporan laba rugi (statement of income)

  • Laporan perubahan ekuitas (statement of changes in stockholder equity)

  • Laporan arus kas (statement of cash flows)

  • Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements)

Neraca

Neraca (Balance Sheet)

Memberikan kita informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dari perusahaan.

Neraca atau balance sheet adalah laporan yang menunjukan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca terdiri dari tiga unsur yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.

Aset adalah seluruh harta yang dimiliki perusahaan seperti uang kas, piutang atau tagihan kepada pelanggan, persediaan barang dagangan, mesin-mesin, gedung atau properti yang dimiliki, dan lain-lain.

Liabilitas adalah kewajiban yang dimiliki perusahaan kepada pihak lain untuk dilunasi dalam jangka waktu tertentu. Liabilitas umumnya berupa utang seperti utang bank, obligasi, utang dagang, dan lain-lain.

Ekuitas adalah kekayaan atau harta bersih yang dimiliki pemegang saham pada perusahaan tersebut.

Secara ringkas, liabilitas dan ekuitas merupakan sumber dana yang diperoleh sebuah perusahaan untuk membeli aset dan menjalankan operasi perusahaan. Oleh karena itu, jumlah ekuitas dan liabilitas pasti sama dengan jumlah aset.

Ekuitas+Liabilitas=AsetEkuitas+Liabilitas=Aset

Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi (Statement of Income)

Memberikan kita informasi mengenai pendapatan dan biaya dari perusahaan. Sehingga kita dapat melihat berapa laba atau kerugian yang dialami perusahaan.

Laporan laba rugi merupakan rangkuman kegiatan usaha berupa pendapatan dan biaya-biaya perusahaan dalam periode tertentu.

Pendapatan (revenue) utama perusahaan diperoleh dari penjualan produk berupa barang dan jasa. Pendapatan adalah omzet dari perusahaan tersebut.

Biaya utama perusahaan adalah biaya pokok produk / harga pokok penjualan (HPP) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk sebuah produk yang akan dijual.

Selain itu terdapat biaya operasi seperti gaji karyawan, biaya listrik, biaya depresiasi, dan biaya administrasi lainnya.

Penjualan dikurangi HPP akan menghasilkan laba kotor / laba bruto. Laba kotor dikurangi beban operasi akan menghasilkan laba operasi / laba usaha.

Penjualan−HargaPokokPenjualan=LabaKotorPenjualan-Harga Pokok Penjualan = Laba Kotor
LabaKotor−BiayaOperasi=LabaOperasiLaba Kotor-Biaya Operasi = Laba Operasi

Laba operasi kemudian ditambah dengan pendapatan lain-lain dan dikurangi beban lain-lain sehingga menghasilkan laba sebelum pajak. Setelah perusahaan membayar pajak, maka dihasilkan laba bersih perusahaan.

LabaOperasi+/−PendapatanBebanLain=LabaSebelumPajakLaba Operasi+/-Pendapatan Beban Lain = Laba Sebelum Pajak
LabaSebelumPajak−Pajak=LabaBersihLaba Sebelum Pajak - Pajak = Laba Bersih

Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Stockholder Equity)

Menunjukan apa saja yang membuat kekayaan pemegang saham pada perusahaan tersebut bertambah dan berkurang.

Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang memberikan informasi tentang peningkatan atau penurunan kekayaan pemegang saham pada perusahaan tersebut.

Secara ringkas, dalam laporan ini akan memberi informasi tentang berapa jumlah ekuitas pada awal periode, perincian tentang sumber peningkatan dan penurunan ekuitas, dan jumlah ekuitas pada akhir periode.

Laba bersih perusahaan akan meningkatkan kekayaan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Laba bersih akan meningkatkan ekuitas.

Selain itu, peningkatan ekuitas dapat disebabkan oleh penambahan modal yang disetor oleh pemegang saham, konversi surat berharga, dan transaksi lainnya.

Penurunan ekuitas terjadi ketika perusahaan mengalami kerugian, pembagian dividen kepada pemegang saham, pembelian saham kembali oleh perusahaan (buyback), dan hal lain yang dapat menurunkan jumlah ekuitas.

Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows)

Menunjukan apa saja yang membuat uang kas (cash) perusahaan masuk dan keluar. Disebut "arus kas masuk (cash inflow)" dan "arus kas keluar (cash outflow)."

Laporan ini memberikan informasi tentang aliran dana tunai atau kas yang terjadi pada periode tersebut. Aliran kas tersebut berupa arus kas masuk dan arus kas keluar.

Sehingga kita melihat berapa jumlah kas atau dana tunai pada awal periode, transaksi apa saja yang mengakibatkan peningkatan dan penurunan kas, serta berapa jumlah kas pada akhir periode.

Laporan arus kas mengklasifikasikan aliran kas menjadi tiga bagian yaitu:

  • Arus kas dari aktivitas operasi

  • Arus kas dari aktivitas investasi

  • Arus kas dari aktivitas pendanaan

Arus kas dari aktivitas operasi adalah seluruh aliran dana yang berasal dari transaksi-transaksi yang berhubungan dengan operasi perusahaan atau kegiatan utama perusahaan.

Arus kas masuk dari aktivitas operasi berasal dari penerimaan kas dari pelanggan. Arus kas keluar dari aktivitas operasi berasal dari pembayaran utang kepada pemasok, pembayaran gaji pada karyawan, pembayaran bunga beban keuangan, pembayaran pajak penghasilan, dan lain-lain.

Aktivitas investasi adalah seluruh aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan aset jangka panjang perusahaan serta investasi yang dilakukan perusahaan.

Pengeluaran kas aktivitas investasi dapat berupa pembelian gedung, pabrik, pembelian mesin produksi, tanah, dan investasi lainnya seperti saham, obligasi, dan lain-lain. Sedangkan kas masuk dari aktivitas investasi dapat berasal dari penjualan aset jangka panjang, pencairan investasi, dan lain-lain.

Aktivitas pendanaan mencakup seluruh transaksi yang berhubungan dengan pemodalan atau sumber dana perusahaan, seperti ekuitas dan utang jangka panjang perusahaan.

Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan dapat berupa penambahan modal pemegang saham, pinjaman bank jangka panjang, perolehan dana dari obligasi, dan lain-lain. Sedangkan arus kas keluar dari aktivitas ini dapat berupa pembayaran dividen, pelunasan utang bank, dan lain-lain.

Dana tunai yang menganggur terlalu banyak tidak baik bagi perusahaan karena perusahaan tidak menggunakannya secara maksimal. Sebaliknya, ketersediaan dana yang sedikit juga berisiko bagi perusahaan, karena perusahaan memiliki kewajiban dan beban yang harus dibayar dalam jangka pendek.

Kegagalan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan pihak lain kepada perusahaan tersebut, dan dapat merugikan dalam jangka panjang.

Kondisi Arus Kas yang Sehat

Perusahaan yang sehat memiliki pola arus kas sebagai berikut:

  • Arus kas operasi: baik jika positif dan bertumbuh.

  • Arus kas investasi: baik jika negatif.

  • Arus kas pendanaan: baik jika positif atau negatif.

Arus kas operasi yang positif dan bertumbuh menunjukkan perusahaan tersebut memiliki aliran kas operasi yang sehat, dimana penerimaan kas operasi lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran kas operasi. Jika pengeluaran lebih besar dibanding penerimaan kas operasi, hal ini berbahaya bagi perusahaan jika berlanjut terus menerus karena perusahaan tersebut berpotensi kehabisan uang kas.

Arus kas investasi yang baik adalah negatif. Arus kas investasi negatif menunjukkan perusahaan melakukan ekspansi, seperti membeli aset baru, membangun pabrik baru, membeli mesin produksi baru, mengakuisisi perusahaan, dan lain sebagainya. Jika arus kas investasi positif, maka menunjukkan adanya uang masuk karena perusahaan menjual asetnya, dimana kita dapat berasumsi bahwa perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan sehingga harus menjual aset atau aset tersebut sudah tidak produktif.

Arus kas pendanaan dapat positif atau negatif. Tidak ada pola untuk arus kas pendanaan yang menunjukkan kesehatan perusahaan tersebut. Arus kas pendanaan positif menunjukkan perusahaan mendapatkan dana segar, seperti modal baru dari pemegang saham atau utang baru. Sebaliknya, arus kas pendanaan negatif dapat berupa pelunasan utang kepada bank dan pembayaran dividen kepada pemegang saham.

Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statements)

Memberi penjelasan dan merinci setiap angka yang ada di neraca serta laba rugi.

Catatan atas laporan keuangan yaitu penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan, kebijakan akuntansi yang digunakan, serta perincian tentang setiap saldo dan akun yang ada di empat bagian utama laporan keuangan tersebut.

Periode Laporan Keuangan

Setiap perusahaan publik atau perusahaan yang sahamnya sudah tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, harus mempublikasikan laporan keuangannya kepada masyarakat sebanyak empat kali dalam setahun.

Periode tersebut dibagi menjadi:

  • Periode 3 bulan: 1 Januari - 31 Maret

  • Periode 6 bulan: 1 Januari - 30 Juni

  • Periode 9 bulan: 1 Januari - 30 September

  • Periode 12 bulan: 1 Januari - 31 Desember

Laporan 12 bulan disebut juga laporan tahunan (annual report). Laporan tahunan wajib diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar. Sementara laporan periode 3, 6, dan 9 bulan tidak wajib diaudit.

Selain itu, ada istilah "kuartal", yang dibagi menjadi:

  • Kuartal 1: 1 Januari - 31 Maret

  • Kuartal 2: 1 April - 30 Juni

  • Kuartal 3: 1 Juli - 30 September

  • Kuartal 4: 1 Oktober - 31 Desember


2. Rahasia Analisis Perusahaan

Pendahuluan

Sebagai investor saham, paling tidak kita melakukan 4 analisis ini:

  • Analisis pertumbuhan

  • Analisis profitabilitas

  • Analisis utang

  • Analisis harga saham

Analisis Pertumbuhan

Kita harus melihat pertumbuhan dari:

  • Penjualan atau omzet

  • Laba kotor

  • Laba operasi / laba usaha

  • Laba bersih

Semakin tinggi pertumbuhan, maka semakin baik.

PertumbuhanPenjualan=PenjualanPeriodeTerkiniPenjualanPeriodeSebelumnya−1Pertumbuhan Penjualan=\frac{Penjualan Periode Terkini}{Penjualan Periode Sebelumnya}-1
PertumbuhanLabaKotor=LabaKotorPeriodeTerkiniLabaKotorPeriodeSebelumnya−1Pertumbuhan Laba Kotor=\frac{Laba Kotor Periode Terkini}{Laba Kotor Periode Sebelumnya}-1
PertumbuhanLabaOperasi=LabaOperasiPeriodeTerkiniLabaOperasiPeriodeSebelumnya−1Pertumbuhan Laba Operasi=\frac{Laba Operasi Periode Terkini}{Laba Operasi Periode Sebelumnya}-1
PertumbuhanLabaBersih=LabaBersihPeriodeTerkiniLabaBersihPeriodeSebelumnya−1Pertumbuhan Laba Bersih=\frac{Laba Bersih Periode Terkini}{Laba Bersih Periode Sebelumnya}-1

Laba operasi disebut juga EBIT (earning before interest and tax) yaitu laba sebelum dikurangi beban bunga pinjaman serta beban pajak.

Analisis Profitabilitas

Dua rasio penting dalam analisis profitabilitas:

  • ROA (return on asset)

  • ROE (return on equity)

Semakin tinggi rasio ROA dan ROE, maka semakin baik.

ROA=LabaBersihSetahunTotalAsetROA=\frac{Laba Bersih Setahun}{Total Aset}
ROE=LabaBersihSetahunTotalEkuitasROE=\frac{Laba Bersih Setahun}{Total Ekuitas}

Rasio ROA melihat kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan aset-aset yang ada untuk menghasilkan keuntungan setinggi-tingginya.

Ekuitas dibeut juga aset bersih, artinya aset setelah dikurangi dengan utang-utang perusahaan.

Rasio ROE melihat kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan dana pemegang saham untuk menghasilkan keuntungan setinggi-tingginya.

Selain ROA dan ROE, kita juga bisa melihat margin keuntungan dari perusahaan tersebut, yaitu:

  • Margin laba kotor

  • Margin laba operasi

  • Margin laba bersih

Semakin tinggi margin, semakin baik.

MarginLabaKotor=LabaKotorPenjualanMargin Laba Kotor=\frac{Laba Kotor}{Penjualan}
MarginLabaOperasi=LabaOperasiPenjualanMargin Laba Operasi=\frac{Laba Operasi}{Penjualan}
MarginLabaBersih=LabaBersihPenjualanMargin Laba Bersih=\frac{Laba Bersih}{Penjualan}

Analisis Utang

Analisis utang memberikan kita gambaran tentang tingkat kesehatan keuangan perusahaan, serta kekuatan struktur permodalan perusahaan.

Rasio DER (debt to equity ratio) dapat digunakan untuk analisis utang. Semakin rendah rasio DER, semakin baik.

DebtToEquityRatio=TotalUtangTotalEkuitasDebt To Equity Ratio = \frac{Total Utang}{Total Ekuitas}

Ukuran yang aman untuk rasio DER ini berbeda-beda setiap industri. Ada industri tertentu yang memiliki rasio utang yang tinggi seperti perbankan dan perusahaan multifinance. Namun, ada juga industri tertentu yang memiliki rasio utang rendah.

Jadi, untuk menilai apakah rasio utang perusahaan baik atau buruk, tidak ada patokan angka tertentu, tetapi harus dibandingkan dengan perusahaan sejenis di industri yang sama.

Sebagai rule of thumb, kita bisa mengatakan DER di bawah 1 kali cukup baik, artinya jumlah utang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah dana pemegang saham.

Selain DER, dalam analisis utang, kita bisa menghitung interest coverage ratio.

InterestCoverageRatio=LabaOperasiBebanBungaInterest Coverage Ratio=\frac{Laba Operasi}{Beban Bunga}

Semakin tinggi, semakin baik.

Analisis Harga Saham

Tujuan analisis harga saham adalah untuk menentukan apakah harga saham dari sebuah perusahaan sudah terlalu mahal atau masih menarik untuk diinvestasikan.

Dua rasio paling penting dalam menganalisis harga saham:

  • PER (price to eranings ratio)

  • PBV (price to book value ratio)

Semakin rendah rasio PER dan PBV menunjukkan bahwa harga saham tersebut semakin murah.

PER=HargaSahamPerlembarEPSPER = \frac{Harga Saham Perlembar}{EPS}
EPS=LabaBersihJumlahSahamBeredarEPS = \frac{Laba Bersih}{Jumlah Saham Beredar}

Semakin rendah rasio PER, maka semakin murah sebuah saham.

PBV=HargaSahamPerlembarNilaiBukuPerlembarPBV = \frac{Harga Saham Perlembar}{Nilai Buku Perlembar}
NilaiBukuPerlembar=TotalEkuitasJumlahSahamBeredarNilai Buku Perlembar = \frac{Total Ekuitas}{Jumlah Saham Beredar}

Semakin rendah rasio PBV, maka dapat dikatakan saham tersebut semakin murah.

Ekuitas juga sering disebut sebagai nilai buku atau book value dari kekayaan pemegang saham.

Dividend Yield

Dividen adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegangn saham. Dividen akan dibagikan berdasarkan jumlah lembar saham yang kita miliki.

DividenYield=DividenPerlembarHargaSahamDividen Yield = \frac{Dividen Perlembar}{Harga Saham}

Semakin tinggi semakin menarik.

Biasanya perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia membagikan dividen satu kali setahun. Namun, ada juga beberapa perusahaan yang membagikan lebih dari satu kali dalam setahun, ini disebut sebagai dividen interim.

Penutup

Dari 4 analisis tersebut yang terpenting adalah pertumbuhan dan harga saham. Dari pengalaman, sebaiknya kita memberi bobot lebih besar pada pertumbuhan dan harga saham.

Pertumbuhan merupakan faktor yang penting, di mana dalam berinvestasi, tentunya kita menginginkan prospek perusahaan yang positif ke depannya, atau dengan kata lain perusahaan memiliki potensi pertumbuhan di masa yang akan datang.

Faktor nomor satu yang paling penting, atau memiliki bobot pertimbangan paling besar yaitu analisis harga saham. Namun bukan berarti kita tidak memperhatikan faktor lainnya.


3. Rahasia Memilih Saham

Pendahuluan

Rasio harus dibandingkan, baru akan memberikan arti, mana yang lebih bagus dan mana yang kurang bagus. Teknik membandingkan bisa dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rasio tahun-tahun sebelumnya.

Kertas Kerja

Kunci penting dalam pemilihan saham adalah kita harus membuat tabel untuk menbandingkan kinerja dari beberapa pilihan saham yang sedang kita analisis. Inilah yang kita sebut sebagai kertas kerja. Dengan memiliki kertas kerja, kita tidak terjebak menjadi investor feeling.

Stock Screener

Stock screener membantu kita untuk menyaring ribuan saham yang ada di seluruh dunia ini, menjasi beberapa saham yang sesuai dengan kriteria kita.

Contoh kriteria dalam melakukan stock screening:

  • Market cap lebih tinggi dari 100 miliar

  • Rasio PER di bawah 10x

  • Rasio PBV di bawah 1x

  • Dividend yield di atas 2%

Kriteria market cap bertujuan untuk meminimalkan risiko likuiditas. Likuiditas artinya kemudahan kita untuk membeli dan menjual saham tersebut.

Umumnya rasio PER yang dianggap menarik adalah di bawah 10x, dan PBV di bawah 1x. Namun ukuran tersebut hanyalah rule of thumb.

Kriteria penting lainnya adalah dividend yield, di mana sealin mengharapkan keuntungan dari kenaikan harga, investor dapat memperoleh profit dari dividen yang diberikan perusahaan.

Faktor Kualitatif Dalam Analisis Fundamental

Analisis saham tidak cukup hanya analisis angka. Masih banyak faktor kualitas perusahaan yang tidak bisa dihitung dengan angka, tapi sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan serta prospek perusahaan di masa depan.

Analisis angka dapat kita jadikan pijakan awal, tapi selanjutnya kita harus menganalisis faktor-faktor yang tidak bisa dihitung dengan angka. Seperti, bagaimana integritas atau kejujuran manajemen, bagaimana strategi perusahaan ke depannya, bagaimana tingkat kompetisi perusahaan tersebut dengan pesaing-pesaingnya, bagaimana regulasi pemerintah terhadap regulasi industri perusahaan tersebut, dan lain sebagainya.

Pertimbangan Penting Dalam Investasi Saham

Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan sebelum mengambil keputusan investasi saham:

  • Valuasi (PER, PBV)

  • Kinerja perusahaan (pertumbuhan, profitabilitas, utang)

  • Likuiditas Saham

  • Faktor Kualitatif (integritas manajemen, kretivitas, inovasi, brand image, dll)

Valuasi

Kita membandingkan harga pasar dengan nilai wajar dari perusahaan tersebut. Tentunya investasi yang menarik adalah ketika harga yang ditawarkan berada di bawah nilai wajarnya.

Kinerja dari Perusahaan Tersebut

Analisis laporan keuangan merupakan cara untuk mengukur kinerja dari sebuah perusahaan. Bandingkan tingkat pertumbuhan, tingkat profitabilitas, dan kondisi utang dengan perusahaan lain yang sejenis.

Likuiditas Saham

Likuiditas saham juga sangat penting untuk diperhatikan investor, yakni kemudahan kita untuk membeli dan menjual saham tersebut.

Faktor Kualitatif

Faktor kualitatif tidak dapat dihitung dengan angka. Faktor-faktor tersebut seperti:

  • Integritas manajemen

  • Kreativitas

  • Inovasi

  • Kekuatan merek

  • Budaya dari perusahaan tersebut

  • Strategi perusahaan

  • Tingkat kompetisi perusahaan dengan pesaingnya

  • Regulasi pemerintah terhadap suatu industri

  • Prospek bisnis di masa yang akan datang

Analisis Saham Warren Buffett

Warren Buffett menganalisis sebuah saham dengan meilhat beberapa aspek yaitu:

  • Aspek bisnis

  • Aspek manajemen

  • Aspek finansial

  • Aspek nilai atau valuasi

Aspek Bisnis

Warren Buffett berinvestasi pada perusahaan atau bisnis yang ia pahami. Sebuah perusahaan harus memiliki sejarah operasional yang baik dan konsisten serta memiliki prospek masa depan yang menguntungkan. Prospek masa depan suatu perusahaan bisa dilihat dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

Aspek Manajemen

Manajemen perusahaan harus jujur dan bersikap apa adanya kepada pemegang sahamnya. Sebuah perusahaan yang memiliki manajemen yang baik akan memiliki kinerja serta prospek masa depan yang cerah.

Aspek Finansial

Aspek finansial menilai perusahaan dari sisi kondisi keuangan. Perusahaan yang sehat atau tidak, dapat tercermin dari data-data laporan keuangan.

Aspek Nilai atau Valuasi

Sering kali pasar menawarkan harga yang terlalu mahal dibandingkan dengan nilai intrinsik atau nilai wajar dari perusahaan itu. Tidak jarang pula harga yang ditawarkan jauh di bawah nilai wajar perusahaan itu, kondisi inilah yang dianggap peluang emas.

Valuasi

Valuasi adalah teknik menghitung nilai wajar atau nilai intrinsik dari sebuah investasi. Nilai wajar tersebut kemudian akan dibandingkan dengan harga pasar yang ditawarkan. Jika harga pasar lebih rendah, maka saham tersebut dapat dikatakan murah atau undervalue. Jika harga pasar lebih tinggi, maka saham tersebut dapat dikatakan mahal atau overvalue.

Dua metode untuk menghitung valuasi yang banyak digunakan adalah:

  • Pendekatan DCF (discounted cash flow)

  • Pendekatan multiples

Valuasi dengan Pendekatan DCF

Untuk memudahkan kita memahami pendekatan ini, prinsipnya sama seperti investasi deposito di bank. Jika kita ingin mendapatkan pendapatan bunga deposito Rp. 10 juta per tahun, dengan tingkat bunga 5% per tahun, maka berapa besar deposito yang harus anda investasikan? Jawabannya adalah Rp. 200 juta. Sehingga valuasi dapat dihitung dengan

Valuasi=ArusKasTingkatDiskontoValuasi = \frac{Arus Kas}{Tingkat Diskonto}

Prinsipnya juga sama seperti valuasi investasi properti sewa. Sebagai contoh, jika Anda memiliki sebuah properti yang memiliki pasaran sewa tahunan sebesar Rp. 50 juta per tahun. Di mana, rata-rata yield sewa dari properti di kota Anda adalah sebesar 4% per tahun. Pertanyaanya, berapa valuasi properti anda? Jawabannya adalah Rp. 1.25 miliar. Sehingga valuasi dapat dihitung dengan

ValuasiProperti=PotensiPendapatanSewaYieldSewaValuasi Properti= \frac{Potensi Pendapatan Sewa}{Yield Sewa}

Prinsip yang sama digunakan untuk valuasi saham. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan membagikan dividen sebesar Rp. 500 per lembar saham, dan tingkat diskonto yang kita tentukan aalah 10%. Maka valuasi saham tersebut dihitung dengan cara $Rp. 500 / 10% = Rp. 5000$.

ValuasiSaham=DividenperTahunTingkatDiskontoValuasi Saham= \frac{Dividen per Tahun}{Tingkat Diskonto}

Tantangan utama dalam DCF yaitu menentukan tingkat diskonto atau discount rate. Tidak ada angka pasti yang dapat kita gunakan untuk tingkat diskonto, inilah yang menyebabkan valuasi lebih merupakan seni dibandingkan ilmu pasti, karena kita menggunakan asumsi kita sendiri untuk menentukan tingkat diskonto.

Prinsipnya adalah semakin berisiko suatu aset, maka tingkat diskonto harus semakin tinggi. Misalnya, jika rata-rata bunga deposito saat ini sebesar 6%, maka kita bisa menggunakan tingkat diskonto sebesar 10% untuk saham. Semakin berisiko sebuah perusahaan, maka tingkat diskonto harus semakin tinggi.

Valuasi DCF dengan Pertumbuhan

Sebagai investor, tentunya kita menginginkan pertumbuhan dari perusahaan yang kita investasikan. Berikut ini rumus DCF dengan mempertimbangkan pertumbuhan perusahaan.

ValuasiSaham=DividenperTahunTingkatDiskonto−EkspektasiPertumbuhanValuasi Saham= \frac{Dividen per Tahun}{Tingkat Diskonto - Ekspektasi Pertumbuhan}

Inilah cara paling umum dilakukan oleh praktisi pasar modal ketika melakukan valuasi saham dengan metode DCF.

Valuasi dengan Pendekatan Multiples

Pendekatan multiples menggunakan rasio-rasio multiples seperti PER dan PBV untuk mencari harga wajar saham, yakni dengan membandingkan rasio tersebut dengan industri sejenis atau dengan data-data historis.

Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menghitung rata-rata PER dan PBV untuk suatu industri. Setelah itu, harga wajar saha dapat dihitung dengan membalik rumus PER dan PBV.

HargaWajar=PERRataRataIndustriâ‹…EPSHarga Wajar = PER Rata Rata Industri \cdot EPS
HargaWajar=PBVRataRataIndustriâ‹…NilaiBukuPerLembarHarga Wajar = PBV Rata Rata Industri \cdot Nilai Buku Per Lembar

Namun perlu kita ingat, bahwa ada faktor lain yang menyebabkan mengapa rasio PER dan PBV sebuah perusahaan dapat lebih tinggi dan rendah dibanding perusahaan sejenis lainnya. Yakni karena faktor yang tidak dapat dihitung dengan angka seperti integritas manajemen, kreativitas, inovasi perusahaan, dan lain sebagainya.

Rata-rata historis juga dapat digunakan untuk menghitung harga wajar. Langkah yang harus dilakukan yaitu menghitung rata-rata PER dan PBV dari tahun-tahun sebelumnya.

HargaWajar=PERRataRataHistorisâ‹…EPSHarga Wajar = PER Rata Rata Historis \cdot EPS
HargaWajar=PBVRataRataHistorisâ‹…NilaiBukuPerLembarHarga Wajar = PBV Rata Rata Historis \cdot Nilai Buku Per Lembar

Value Stock vs. Value Trap

Value stock adalah saham yang dijual dengan harga murah, namun memiliki nilai intrinsik yang tinggi dibandingkan dengan harga jualnya. Value trap adalah saham yang dianggap murah, namun memang karena tidak memiliki prospek positif di masa yang akan datang.

Untuk menentukan apakah saham tersebut merupakan value stock atau value trap, salah satu pendekatan yang dapat digunakan yaitu dengan melihat apakah perusahaan tersebut bergerak dalam industri yang sedang bertumbuh dan masih memiliki prospek positif, atau industrinya sudah mature, atau bahkan sudah mengalami penurunan.

Sunrise Industry vs. Sunset Industry

Sunrise industry memiliki ciri pertumbuhan yang sangat pesat. Sebagai contoh industri mobil listrik pada tahun 2020. Industri e-commerce pada tahun 2015 hingga 2020 juga memiliki pertumbuhan yang sangat signifikan.

Ciri lainnya yaitu perusahaan melakukan ekspansi secara agresif sehingga belum membagikan dividen. Ciri lainnya yaitu penetrasi pasar yang masih rendah. Misalnya, dari 260 juta penduduk Indonesia, jumlah orang yang menggunakan mobil listrik masih sangat sedikit.

Sampai suatu titik, sunrise industri akan mencapai titik tertingginya atau sering disebut mature. Industri yang sudah mature biasanya pertumbuhannya semakin melambat dari tahun ke tahun.

Contoh industri yang sudah mature adalah indutri penjualan smartphone. Saat ini hampir sebagian besar masyarakat sudah menggunakan smartphone, sehingga pertumbuhan penjualan tidak setinggi dulu.

Ciri lain industri sudah mature yaitu perusahaan membagikan dividen cukup besar kepada pemegang sahamnya. Membagikan dividen yang besar merupakan ciri bahwa perusahaan tersebut sudah tidak melakukan ekspansi secara agresif lagi.

Industri yang sudah mature ditandai dengan penetrasi pasar yang sudah tinggi. Misalnya, dari 260 juta penduduk Indonesia, sebagian besar sudah memiliki smartphone.

Untuk mempertahankan pertumbuhan serta eksistensi dari bisnisnya, tentu perusahaan ini harus melakukan inovasi atau mengubah model bisnis, agar dapat tetap bertahan. Sebagai contoh ketika telepon rumah sudah tidak diminati, perusahaan telekomunikasi harus cepat berinovasi ke layanan internet seperti 3G, 4G, 5G.

Industri yang tidak mampu bertahan akan memasuki sunset industry. Sebagai contoh yaitu industri energi batu bara yang memiliki tingkat polusi tinggi. Ciri industri sunset adalah pertumbuhannya yang negatif atau penurunan omzet penjualan yang konsisten dari tahun ke tahun.

Selain pertumbuhan yang negatif, ciri lain sunset industry yaitu para pemain sudah menerapkan strategi perang harga. Strategi perang harga menunjukan perusahaan sudah kesulitan untuk menawarkan inovasi baru ke pasar.

Fundamental Makro vs. Fundamental Mikro

Fundamental makro dilakukan dengan melihat kondisi makro secara luas, baik global maupun domestik. Dua hal terpenting yang dapat menjadi indikator makro adalah data ekonomi dan keadaan politik suatu negara.

Fundamental mikro dilakukan dengan berfokus pada kesehatan bisnis sebuah perusahaan. Hal yang diperhatikan adalah potensi pertumbuhan, tingkat profitabilitas, kesehatan keuangan dan analisis utang, perhitungan valuasi atau nilai intrinsik, dan juga aspek kualitatif perusahaan.

Analisis fundamental makro disebut sebagai analisis top-down, sementara analisis fundamental makro disebut sebagai analisis bottom-up.

Analisis Fundamental Makro

Dalam analisis fundamental makro, indikator-indikator penting yang harus kita pahami antara lain: kebijakan suku bunga dari bank sentral, fluktuasi nilai tukar mata uang, dan data-data ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi atau PDB, inflasi, daya beli masyarakat, dan lain sebagainya.

Sebagai contoh ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah, maka perusahaan yang melakukan ekspor akan diuntungkan, sedangkan perusahaan yang melakukan impor akan dirugikan.

Begitu juga dengan kebijakan suku bunga dari bank sentral, ketika suku bunga mengalami kenaikan, maka perusahaan yang berhutang akan semakin dirugikan, karena beban bunga utang akan semakin tinggi. Perusahaan yang tidak memiliki utang akan terkena dampak yang kecil, bahkan jika memiliki dana lebih dapat melakukan investasi dalam bentuk deposito.

Suku bunga akan berpengaruh pada sektor-sektor yang penjualannya dibantu pinjaman dari bank. Contohnya properti, dimana sebagian masyarakat membeli properti menggunakan KPR, sehingga ketika suku bunga KPR naik, maka penjualan properti akan terkena dampaknya.

Selain properti, sektor lainnya seperti otomotif juga akan terkena dampaknya karena sebagian besar penjualannya menggunakan pinjaman dari bank.

Analisis Fundamental Mikro

Dalam analisis fundamental mikro, kita berfokus melihat secara spesifik kualitas dari sebuah perusahaan, seperti bagaimana kondisi keuangan perusahaan, prospek perusahaan di masa yang akan datang, strategi perusahaan, dan lain sebagainya.

Tujuan dari analisis ini yaitu menemukan perusahaan yang mampu bertahan dalam kondisi ekonomi apapun. Perusahaan seperti inilah yang disebut sebagai perusahaan yang memiliki sustainability.

Titik temu antara analisis analisis fundamental makro dan analisis fundamental mikro adalah perusahaan yang mampu melewati gelombang ekonomi apapun, baik dalam keadaan krisis maupun ekspansi.


Referensi

  • Raymond Budiman, Rahasia Analisis Fundamental Saham

Last updated